Senin, 19 November 2012

Modus Baru Sindikat Narkoba, Ekspor Dahulu, Impor Kemudian

Jakarta - Makin beragam saja modus jaringan pengedar narkoba menyamarkan jejaknya. Seperti yang dilakukan sindikat yang berdomisili di Jakarta dan Bandung ini. Demi mengelabui pelacakan jajaran Badan Narkotika Nasional (BNN), paket heroin dan sabu-sabu yang hendak dipasarkan di Bandung, terlebih dahulu mereka 'ekspor' ke Papua Nugini.

Modus 'ekspor' untuk 'impor' narkoba itu terungkap dari penangkapan lima orang tersangka anggota sindikat yang masing-masing berinitial CM alias CN, MS alias A, RG, IS dan DA. Adalah IS yang pertama ditangkap BNN. Dia ditangkap pada 28 Oktober 2012 saat memasuki wilayah Indonesia dari Papua Nugini, lewat jalan darat melalui pos lintas batas di Sukau, Papua.

"Dia ditangkap dengan barang bukti sebuah tas koper warna abu-abu bersisi 2,4 kg heroin," ujar Kahumas BNN, Sumirat Dwiyanto, di Kantor BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Senin (19/11/2011).

Uniknya, tas berisi heroin itu diambil oleh IS dari tempat penitipan barang di sebuah hotel di Jayapura, Papua. Atas perintah CM alias CN, IS yang berangkat dari Jakarta pada 26 Oktober 2012 itu kemudian membawa tas tersebut ke Port Moresby, Papua Nugini, dan setiba di sana kembali lagi ke Jayapura.

"Saya mengaku sebagai kontraktor yang akan membangun proyek waterboom di Port Moresby. Saya tidak tahu tas itu berisi heroin," ungkap IS kepada wartawan soal penyamarannya di pos imigrasi saat meninggalkan wilayah Indonesia.

Berdasar keterangan IS, polisi menangkap DA di Jayapura. Tugas DA adalah mengambil tas yang dibawa IS tersebut untuk diserahkan kepada CM alias CN di Bandung. Atas keterangan DA, polisi berhasil menangkap CM alias CN di daerah Ciputih Dalam, Bandung, pada 10 November 2012.

Kepada polisi, wanita tersebut juga mengaku hanya bertugas sebagai kurir sama seperti IS dan DA. Hasil interogerasi terhadapnya, membuahkan penangkapan terhadap MA alias A dan RG di Hotel Pangrango 2, Bogor, pada hari yang sama dengan barang bukti berupa 2,5 kg sabu-sabu.

"Diduga otak sindikat adalah seorang warga Nigeria yang menginap di Tanah Abang, Jakarta," papar Sumirat.

detiknews.com

 Opini Saya :
  Memang dari dulu sampai sekarang kasus narkoba itu tidak pernah hilang,karena oknum-oknum yang bersangkutan atau bandar narkoba sepertinya punya sejuta akal untuk mengelabuhi  petugas BNN, hingga yang terbaru saat ini adalah modusnya ekspor dulu baru impor. BNN harus lebuh waspada lagi dalam menjalankan tugasnya.
Masalah narkoba ini sepertinya adalah suatu masalah dalam negeri yang sulit untuk d hilangkan atau di atasi, walaupun masyarakat sudah tau dampak negatif dari narkoba tapi masih saja banyak masyarakat yang menggunakannya apalagi di kalangan para remaja .
Kalau seperti ini terus kapan indonesia akan maju?
Padahal anak bangsa adalah satu-satunya harapan negeri ini untuk mengubah negeri ini menjadi negeri yang lebih lebih lebih baik dari sekarang ini.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar