Jakarta - Makin beragam saja modus jaringan pengedar
narkoba menyamarkan jejaknya. Seperti yang dilakukan sindikat yang
berdomisili di Jakarta dan Bandung ini. Demi mengelabui pelacakan
jajaran Badan Narkotika Nasional (BNN), paket heroin dan sabu-sabu yang
hendak dipasarkan di Bandung, terlebih dahulu mereka 'ekspor' ke Papua
Nugini.
Modus 'ekspor' untuk 'impor' narkoba itu terungkap dari
penangkapan lima orang tersangka anggota sindikat yang masing-masing
berinitial CM alias CN, MS alias A, RG, IS dan DA. Adalah IS yang
pertama ditangkap BNN. Dia ditangkap pada 28 Oktober 2012 saat memasuki
wilayah Indonesia dari Papua Nugini, lewat jalan darat melalui pos
lintas batas di Sukau, Papua.
"Dia ditangkap dengan barang bukti
sebuah tas koper warna abu-abu bersisi 2,4 kg heroin," ujar Kahumas BNN,
Sumirat Dwiyanto, di Kantor BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta
Timur, Senin (19/11/2011).
Uniknya, tas berisi heroin itu diambil
oleh IS dari tempat penitipan barang di sebuah hotel di Jayapura,
Papua. Atas perintah CM alias CN, IS yang berangkat dari Jakarta pada 26
Oktober 2012 itu kemudian membawa tas tersebut ke Port Moresby, Papua
Nugini, dan setiba di sana kembali lagi ke Jayapura.
"Saya
mengaku sebagai kontraktor yang akan membangun proyek waterboom di Port
Moresby. Saya tidak tahu tas itu berisi heroin," ungkap IS kepada
wartawan soal penyamarannya di pos imigrasi saat meninggalkan wilayah
Indonesia.
Berdasar keterangan IS, polisi menangkap DA di
Jayapura. Tugas DA adalah mengambil tas yang dibawa IS tersebut untuk
diserahkan kepada CM alias CN di Bandung. Atas keterangan DA, polisi
berhasil menangkap CM alias CN di daerah Ciputih Dalam, Bandung, pada 10
November 2012.
Kepada polisi, wanita tersebut juga mengaku hanya
bertugas sebagai kurir sama seperti IS dan DA. Hasil interogerasi
terhadapnya, membuahkan penangkapan terhadap MA alias A dan RG di Hotel
Pangrango 2, Bogor, pada hari yang sama dengan barang bukti berupa 2,5
kg sabu-sabu.
"Diduga otak sindikat adalah seorang warga Nigeria yang menginap di Tanah Abang, Jakarta," papar Sumirat.
detiknews.com
Opini Saya :
Memang dari dulu sampai sekarang kasus narkoba itu tidak pernah hilang,karena oknum-oknum yang bersangkutan atau bandar narkoba sepertinya punya sejuta akal untuk mengelabuhi petugas BNN, hingga yang terbaru saat ini adalah modusnya ekspor dulu baru impor. BNN harus lebuh waspada lagi dalam menjalankan tugasnya.
Masalah narkoba ini sepertinya adalah suatu masalah dalam negeri yang sulit untuk d hilangkan atau di atasi, walaupun masyarakat sudah tau dampak negatif dari narkoba tapi masih saja banyak masyarakat yang menggunakannya apalagi di kalangan para remaja .
Kalau seperti ini terus kapan indonesia akan maju?
Padahal anak bangsa adalah satu-satunya harapan negeri ini untuk mengubah negeri ini menjadi negeri yang lebih lebih lebih baik dari sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar